Nasib Ondel-Ondel Saat Ini Sebagai Kebudayaan Betawi

Bisnis

Tulisan ini telah dimuat di Klikwarta.com

Dokumen Pribadi

Ondel-ondel merupakan kebudayaan Betawi yang sangat dilestarikan, namun nasibnya kini sangat miris. Ondel-ondel merambah sebagai pengamen jalanan yang sering terlihat di pinggiran ibu kota, hal tersebut menjadi sebuah kotroversi bagi sebagian besar masyarakat karena boneka raksasa itu merupakan ikon kota Jakarta yang harus dilestarikan.

Walaupun pemerintah sudah bertindak membuat peraturan dan melarang ondel-ondel sebagai alat untuk pengamen mencari rezeki, namun pada kenyataanya hal tersebut semakin mewabah di ibu kota.

Mirisnya mayoritas pengamen ondel-ondel adalah anak di bawah umur, yang dituntut untuk mengais rezeki. Seperti Akmal dan Rizki seorang remaja berusia 16 tahun yang terpaksa putus sekolah akibat keterbatasan ekonomi dan memutuskan untuk menjadi pengamen boneka khas Suku Betawi itu.

“Sudah setahun saya ngamen menggunakan ondel-ondel, memikul beban ondel-ondel berkilo-kilo meter untuk mendapatkan uang yang tidak seberapa. Kalau saya cape bisa bergantian dengan Akmal, penghasilan dari ngamen dalam sehari cukup untuk makan saya dan keluarga di rumah dengan lauk yang seadanya,” ujar Rizki sebagai pemikul ondel-ondel.

Fenomena ini bisa terjadi karena banyaknya masyarakat yang kekurangan ekonomi dan minimnya lapangan kerja, jadi jalan satu-satunya bagi mereka yang tidak memiliki keahlian khusus adalah memanfaatkan ondel-ondel untuk mencari rezeki sebagai pengamen.

Disetiap daerah Indonesia pasti memiliki budayanya masing-masing yang mencirikhaskan suatu daerah tersebut, seperti ondel-ondel. Kesenian tersebut menjadi salah satu warisan budaya dari suku Betawi yang diwariskan secara turun-temurun dari generasi satu ke generasi berikutnya.

Menurut sejarahnya ondel-ondel sudah ada sejak tahun 1605 masehi, penjelasan tersebut dikemukakan oleh Edmund Scott seorang pedagang dari Inggris yang tertulis di dalam buku perjalanannya.

Kesenian ondel-ondel terbuat dari kayu dan anyaman bambu yang berbentuk boneka raksasa, desain maskot Suku Betawi itu dibuat sedemikian rupa agar bisa dimasuki sesorang di dalamnya supaya bisa menggerakan boneka raksasa tersebut dengan cara dipikul dari dalam. Biasanya yang memikul ondel-ondel adalah seorang laki-laki, karena ondel-ondel memiliki beban yang cukup berat.

Bentuknya menyerupai manusia karena dihiasi menggunakan pakaian serta aksesoris seperti layaknya seorang manusia. Boneka raksasa itu sendiri terdapat dua jenis yaitu laki-laki dan perempuan, perbedaan tersebut sangat terlihat jelas seperti ondel-ondel laki-laki berwarna merah serta memiliki kumis yang melambangakan keberanian dan semangat. Dan ondel-ondel perempuan berwarna putih yang melambangkan kesucian dan kebaikan.

Boneka yang awalnya berfungsi sebagai penolak bala itu biasanya diiringi oleh musik tanjidor yang terdiri dari beberapa jenis alat musik seperti gambang kromo, musik rebana, dan gendang pencak. Boneka asli Betawi itu tidak hanya digunakan dalam pertunjukan pesta rakyat saja, namun digunakan juga sebagai hiasan pajangan berbagai tempat di Jakarta seperti hotel, perkantoran, dan pusat kota Jakarta.

Pada umumnya ondel-ondel digunakan dalam pertunjukan pesta rakyat seperti pernikahan, penyambutan tamu, dan acara-acara besar di Jakarta. Dengan demikan, seharusnya kebudayaan Betawi di tempatkan pada tempat yang semestinya dan tidak disalah gunakan, karena boneka raksasa itu merupakan budaya Indonesia yang memiliki nilai tinggi.

Sebagai warga negara Indonesia yang baik, kita tetap harus melestarikan ondel-ondel sebagai warisan kebudayaan Indonesia dengan baik agar terus berkembang dan tidak punah akibat perkembangan zaman. Jika para pengamen yang menggunakan ondel-ondel tidak diberantas secepatnya, maka akan menghilangkan nilai leluhur yang terkandung didalamnya.


Penulis: Nayshila Putri Ramadhina/Politeknik Negeri Jakarta

Komentar

  1. betul sekali, saya jadi miris ondel2 dihadikan alat untuk ngamen

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kampung Main Cipulir Menjadi Destinasi Keluarga

6 Cara Agar Janin Bergerak di Dalam Kandungan